Nope
Makin sini, aku makin senang
melakukannya. Sekedar menemani seseorang makan, sekedar mengantarnya ke mana,
sekedar menunggunya pulang, sekedar meminjamkan catatan. Mendengarkan curhat
seseorang juga menyenangkan. Ia datang, duduk dan bercerita. Aku mendengarkan.
Seringkali ia langsung menceritakan pula solusinya, aku berkomentar. Tapi itu
membuatnya lega. Ya, aku pernah membaca waktu adalah hadiah terindah untuk
seseorang, kau memberikan waktu berarti kau memberikan sebagian hidupmu
untuknya.
Aku lebih senang mendengarkan
daripada menceritakan. Tapi aku lebih senang menumpahkannya lewat tulisan.
Tulisan lebih bebas.
Untuk sesuatu yang bersama-sama juga aku senang. Apalagi yang tujuannya bermanfaat buat orang banyak.
Ladang amal bukan? Entah sekedar jadi notulensi, urusin transportasi, list
logistik, dan apapun itu.
Soal apa yang aku dapat, aku ga
pernah merasa kurang. Mungkin iya waktu aku berkurang, tenaga juga, uang juga.
Bahkan kadang malah dikecewakan. Ga semua niat baik itu langsung tertafsirkan
baik. Tapi ini bukan melulu urusan solidaritas, bukan tentang ‘ga enakan’, atau
ingin membuat semua orang baik.
Aku selalu berharap lebih dari
Allah, dzat yang ga pernah tidur dan perhitungannya selalu adil. Menggantungkan
sesuatu pada manusia rasanya kurang pas. Melelahkan. Tapi kalo Lillah, rasanya
lebih menyenangkan. Seperti makan buah mangga, buah yang aku suka. Aku berharap
semua yang aku lakukan bisa menambah massa pahalaku di akhirat kelak. Allah
mempermudah jalanku dengan aku mempermudah jalan orang lain. Allah memberkahi
hidup aku. Allah memegangiku dan menyayangiku seperti biasa. Aku ingin masuk
surga. Aku takut masuk neraka.
Bukankah sebaik-baik manusia itu
yang bermanfaat buat orang lain. Aku ingin kelak kalian mengingat namaku lagi di
hadapan-Nya untuk dipertemukan di surga. Kita berteman lagi di sana. Boleh
aku titip satu?
Mungkin aku memang salah
mengartikan. Tak semua kebaikan bisa dan mesti aku lakukan. Tapi aku hanya ingin
mencoba semaksimalku. Aku hanya ingin Allah bangga liat hamba-Nya yang satu ini
berusaha. Aku ingin bertemu Allah dengan keadaan paling siap. Walaupun sulit. Tapi apa
salahnya berharap. Aku hanya ingin mengumpulkan. Berharap Allah menghitungnya
sebagai amal. Aku tak cukup berani bila nanti Allah bertanya ‘mengapa tak membantunya waktu itu? padahal kamu bisa’. Hanya itu. Sesimpel itu.
Tapi aku juga terharu dengar protes kalian, kawan-kawanku. Aku seneng ada yang mengkhawatirkan aku, kalian
memang sangat baik. Makasih banyaak ya Allah udah ngasih temen-temen kaya
temen-temen aku ini.
Aku bakal lebih ‘say-no’
sekarang. Memperhitungkan semuanya lebih mantap. Memilih ya atau tidak dengan 50:50, tidak condong lagi. Do’akan aku.
0 comments