Surat dari Baso
Ini surat yang bagus untuk Alif dan untuk aku juga.
"Alif, bagiku belajar adalah segalanya. Ini perintah Tuhan, perintah Rasul, perintah kemanusiaan. Bayangkan, kata-kata pertama wahyu yang diterima Rasulullah itu adalah iqra. Bacalah. Itu artinya juga belajar. Makanya, aku akan terus mempraktikkan ajaran Rasul itu, bahwa kita perlu belajar dari buaian sampai liang lahat. Aku tidak akan berhenti belajar walau nanti sudah dapat gelar atau lulus sekolah. Mungkin kamu bingung dengan kegilaanku belajar. Percayalah, tidak hanya aku yang gila. Ribuan tahun yang lalu, sekarang, dan di masa depan akan terus ada orang yang gila ilmu.
Ini aku punya contoh. Aku kan senang membaca buku cerita silat Cina dan aku merasa belajar banyak dari kearifan mereka. Rupanya sebelum menjadi orang sakti mandraguna, pada pendekar itu awalnya berkeliling naik-turun gunung, melintas sungai dan laut untuk terus-menerus mencari guru. Kalau sudah dapat jurus baru dari satu guru, dia akan berangkat mencari guru lain yang mengajarkan jurus yang lain. Aku ingin seperti para Pendekar Cina itu. Melintas pulau, samudra, negara, kalau perlu benua, demi menuntut ilmu. Aku sudah bertekad inilah caraku memahami dan mensyukuri karunia kehidupan dari Tuhan ini.
Tapi tentunya tujuan utamaku tetap Mekkah dan Madinah. Impianku ingin mendapatkan beasiswa untuk ke sana. Sudah aku coba surati berbagai pemimpin dan ulama besar baik di Sulawesi maupun di Jawa untuk meminta sokongan beasiswa, tapi belum ada jawaban yang memuaskan. Kalaulah mereka tidak pernah menjawab sama sekali, juga tidak apa-apa. Aku sudah punya rencana cadangan. Baru saja aku membeli sebuah peta dunia. Peta itu sudah aku corat-coret dan garisi, untuk menandai rute dari Sulawesi ke Mekkah. Sungguh, kalau tiada jalan lain, tiada uang di tangan, aku akan tetap pergi ke atas peta itu sedikit demi sedikit. Dengan berjalan kaki. Ya, berjalan kaki sampai ke Mekkah. Bukankah kata pepatah, setiap perjalanan panjang harus dimulai dengan langkah pertama?
Aku akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa hidup itu masalah penyerahan diri. Kalau aku sudah bingung dan terlalu capek menghadapi segala tekanan hidup, aku praktikkan nasihat Kiai Rais, yaitu siapa saja yang mewakilkan urusannya kepada Tuha, maka Dia akan 'mencukupkan' semua kebutuhan kita. 'Cukup' kawanku. Itu yang seharusnya kita cari. Apa artinya banyak harta tapi tidak pernah merasa cukup? Itulah janji Tuhan buat orang yang tawakal. Aku ingin tawakal sempurna. Aku ingin dicukupkanNya segala kebutuhan."
Ranah 3 Warna,
A. Fuadi.
0 comments