Motor
SMA dulu, aku bulak balik
rumah-sekolah naik motor. Orang-orang bilang ‘haduuh ko kuat sih’, ‘ya ampuuun
jauh banget’, dll. Tapi ko aku biasa aja ya. Walaupun beberapa kali hampir dan
akhirnya nabrak gara-gara ngantuk. Kulit ini memiliki komposisi baru yaitu debu
jalanan yang nyaris setebal beberapa cm. Tangan ini super belang seperti zebra.
Tapi aku senang. Merasa tidak ada beban.
Semenjak kuliah, aku ngekost. Jarak
kosan-kampus dekat dan naik motor juga. Secara logika, harusnya lebih santai. Tapi
ko ngga ya. Aku ngerasanya lebih cape. Selain emang karena beban dan kesibukan
kuliah memang lebih menyita diri ini, sepertinya ada yang lain. Aku pulang
seminggu sekali. Biasanya weekend.
Di akhir semester 4 ini aku
sering merasa ‘lelah’. Entah kenapa. Karena menjelang liburan, aku lebih getol
pulang. Beberapa hari ini bulak-balik kampus-rumah. Fisik emang lebih lelah
sih, tapi aku ngerasa ga selelah biasa.
Di motor. Setelah dijumlahkan
total aku berada di motor selama SMA kurang lebih tiga bulan. Waktu yang tidak
sebentar. Tapi di motor biasanya aku merasa bebas. Di motor semua anggota badan
bekerja. Cuma pikiran ini yang bisa liar. Rasanya lebih banyak yang bisa aku
lakukan.
Memikirkan hal-hal yang
sebenarnya ga terpikirkan atau malah tak perlu dipikirkan.
Memahami apa yang tadi terjadi
dan menerka-nerka apa maksudnya.
Mencerna sisa-sisa ilmu yang tadi
belum sempurna terserap.
Memikirkan maksud kata-kata
seseorang.
Menebak maksud gerak-gerik
seseorang.
Menyambung-nyambungkan quotes
dengan contoh di hidup.
Mengira-ngira masa depan
bagaimana.
Mencoba menyusun kata-kata
motivasi untuk aku.
Meluapkan perasaan kesal dan
sedih yang aku alami hari itu sampai tuntas.
Mengevaluasi diri sendiri sampai
puas.
Menyusun-nyusun dialog seandainya
terjadi sesuatu.
Banyak.
Pulang aku disambut oleh
keluargaku. Yang termasuk anti dalam bersosweet-sweet tapi menaruh saling
perhatian dalam diam.
‘Lelah’ yang sering aku rasakan
sekarang mungkin mulai aku tau penyebabnya. Lagi-lagi karena berpikir bebas di
motor tadi. Rasanya aku si introvert ini kurang memiliki waktu sendiriku
sekarang. Di kampus bertemu orang, di salman bertemu orang, di kosan bertemu
orang. Bahkan saat sendiri pun notifikasi HP selalu bersahutan meminta
perhatian. Rasanya tidak ada ruang untukku si introvert ini, yang menghabiskan
energi saat bersama orang dan merecharge energi saat sendiri. Tak ada waktu
untuk bebas berpikir seperti dulu di motor.
Allah Maha Baik memberi jarak
yang jauh antara sekolah dan rumahku. Memberi waktu tambahan untuk mentafakuri
arti hidup. Allah tahu, aku sedikit lelet dalam memahami sesuatu. SMA merupakan
tahap di mana kedewasaan mulai tumbuh. Akan banyak pergolakan pemikiran yang
terjadi. Yang salah terlihat benar dan yang benar terlihat salah. Mungkin sudah
seharusnya saat itu kita memikirkan kita mau ‘membenarkan’ yang mana. Hal ini
tentunya membutuhkan waktu.
Yang aku baca, Rasul pun dulu
memisahkan diri ke Gua Hira untuk melakukan ini. Apabila waktu ini tidak
terpenuhi, kita akan lebih banyak ‘membenarkan’ apa yang menurut lingkungan
benar.
Rencana Allah memang selalu yang
terbaik.
0 comments