Motor

by - May 16, 2015

SMA dulu, aku bulak balik rumah-sekolah naik motor. Orang-orang bilang ‘haduuh ko kuat sih’, ‘ya ampuuun jauh banget’, dll. Tapi ko aku biasa aja ya. Walaupun beberapa kali hampir dan akhirnya nabrak gara-gara ngantuk. Kulit ini memiliki komposisi baru yaitu debu jalanan yang nyaris setebal beberapa cm. Tangan ini super belang seperti zebra. Tapi aku senang. Merasa tidak ada beban.

Semenjak kuliah, aku ngekost. Jarak kosan-kampus dekat dan naik motor juga. Secara logika, harusnya lebih santai. Tapi ko ngga ya. Aku ngerasanya lebih cape. Selain emang karena beban dan kesibukan kuliah memang lebih menyita diri ini, sepertinya ada yang lain. Aku pulang seminggu sekali. Biasanya weekend.

Di akhir semester 4 ini aku sering merasa ‘lelah’. Entah kenapa. Karena menjelang liburan, aku lebih getol pulang. Beberapa hari ini bulak-balik kampus-rumah. Fisik emang lebih lelah sih, tapi aku ngerasa ga selelah biasa.

Di motor. Setelah dijumlahkan total aku berada di motor selama SMA kurang lebih tiga bulan. Waktu yang tidak sebentar. Tapi di motor biasanya aku merasa bebas. Di motor semua anggota badan bekerja. Cuma pikiran ini yang bisa liar. Rasanya lebih banyak yang bisa aku lakukan.

Memikirkan hal-hal yang sebenarnya ga terpikirkan atau malah tak perlu dipikirkan.
Memahami apa yang tadi terjadi dan menerka-nerka apa maksudnya.
Mencerna sisa-sisa ilmu yang tadi belum sempurna terserap.
Memikirkan maksud kata-kata seseorang.
Menebak maksud gerak-gerik seseorang.
Menyambung-nyambungkan quotes dengan contoh di hidup.
Mengira-ngira masa depan bagaimana.
Mencoba menyusun kata-kata motivasi untuk aku.
Meluapkan perasaan kesal dan sedih yang aku alami hari itu sampai tuntas.
Mengevaluasi diri sendiri sampai puas.
Menyusun-nyusun dialog seandainya terjadi sesuatu.
Banyak.
Pulang aku disambut oleh keluargaku. Yang termasuk anti dalam bersosweet-sweet tapi menaruh saling perhatian dalam diam.

‘Lelah’ yang sering aku rasakan sekarang mungkin mulai aku tau penyebabnya. Lagi-lagi karena berpikir bebas di motor tadi. Rasanya aku si introvert ini kurang memiliki waktu sendiriku sekarang. Di kampus bertemu orang, di salman bertemu orang, di kosan bertemu orang. Bahkan saat sendiri pun notifikasi HP selalu bersahutan meminta perhatian. Rasanya tidak ada ruang untukku si introvert ini, yang menghabiskan energi saat bersama orang dan merecharge energi saat sendiri. Tak ada waktu untuk bebas berpikir seperti dulu di motor.

Allah Maha Baik memberi jarak yang jauh antara sekolah dan rumahku. Memberi waktu tambahan untuk mentafakuri arti hidup. Allah tahu, aku sedikit lelet dalam memahami sesuatu. SMA merupakan tahap di mana kedewasaan mulai tumbuh. Akan banyak pergolakan pemikiran yang terjadi. Yang salah terlihat benar dan yang benar terlihat salah. Mungkin sudah seharusnya saat itu kita memikirkan kita mau ‘membenarkan’ yang mana. Hal ini tentunya membutuhkan waktu.

Yang aku baca, Rasul pun dulu memisahkan diri ke Gua Hira untuk melakukan ini. Apabila waktu ini tidak terpenuhi, kita akan lebih banyak ‘membenarkan’ apa yang menurut lingkungan benar.



Rencana Allah memang selalu yang terbaik.

You May Also Like

0 comments