Tulus - Teman Hidup
Karena leadership itu action,
bukan position, otomatis leadership jadi universal untuk diterjemahkan, bukan
hanya bisa dimengerti para ‘aktivis’ tapi semua orang. Terminologi leadership
biasanya tergaung dari lisan-lisan para pencetak kebijakan. Formalnya mereka
memang dibekali materi tersebut sebelum pengukuhan. Namun sekarang organisasi
olahraga, budaya, semuanya pasti disisipi materi ini (sesuai porsinya) karena
memang hal ini menunjang keberjalanan organisasi itu ke depan.
Materi leadership yang saya
terima kebanyakan bersumber dari rumah dan beberapa organisasi yang pernah saya
ikuti. Latar belakang organisasi yang saya ikuti pun mayoritas homogen. Saya termasuk
orang yang kurang suka organisasi super formal dengan banyak atribut dan
menuntut untuk jadi tenar. Dari beberapa kaderisasi tersirat maupun tersurat di
rumah dan sekolah itu, saya menerjemahkan leadership sebagai bentuk ketulusan kita untuk bermanfaat untuk
orang lain.
Dalam memenuhi beberapa nilai
minimal dalam ber-leadership, yaitu ketuhanan, integritas, interpersonal skill,
managerial skill, dan inovasi semuanya membutuhkan ketulusan. Pertama-tama
seseorang harus menentukan tujuan apa, baik untuk pribadi atau orang lain, yang
ingin ia capai dengan berkegiatan itu. Setelah yakin, lakukanlah dengan tulus. Karena
sebagian besar organisasi (kemahasiswaan) itu bersifat non profit, akan lebih sulit
menuntut komitmen seseorang. Apalagi ketika ia sedang jenuh dan merasa tidak
mendapat apa-apa, tanpa ketulusan, sulit untuk mempertahankannya tetap bersama
di situ.
Ketuhanan, bagi saya cukup jelas
ketuhanan menjadi muara ketulusan ini. Biarlah semua usaha kita dihitung
oleh-Nya. Akan sangat sulit menggantungkan harapan pada hati-hati manusia. Karena
memang mereka diciptakan tidak sempurna. Kalau niatnya ingin dipuji, ketika
orang lain tidak memuji maka merosotlah semangat-semangat kita. Kalau niatnya
supaya terkenal, ketika nama kita tidak tersiar kita akan gelisah sendiri.
Cukup Allah yang tahu kita melakukan apa, sekecil apapun tidak akan terlewat,
menenangkan bukan?
Integritas juga membutuhkan
ketulusan. Kalau kita melakukan sesuatu yang benar, seperti contohnya datang on
time, belum tentu orang lain akan menghargai usaha kita tersebut. Nyatanya mereka
tetap tidak akan merasa bersalah, toh mereka juga memiliki alasan yang bisa
dibenarkan. Kalau kita tidak tulus, mungkin kita sudah mencak-mencak sambil
teriak ‘emang lu doang yang punya urusan? Prioritasin juga dong’. Tapi cobalah
tetap menjunjung nilai-nilai integritas itu dengan tulus. Semoga yang lain bisa
mengikuti, karena sebaik-baik nasihat adalah teladan.
Interpersonal skill. Berhubungan dengan
manusia, akan pelik karena setiap orang berbeda-beda. Bahkan niat menolong pun
bisa saja ditangkap sebagai sesuatu yang buruk. Berhadapan dengan laki-laki
yang sangat cuek, perempuan yang sedang PMS, semuanya membutuhkan ketulusan dan
kesabaran lebih. Tetaplah memperlakukan orang dengan baik dan kalau bisa bantu
mereka menyelesaikan masalahnya. Kadang untuk
menyelesaikannya kita hanya perlu mendengarkan keluhannya saja. Sesimple itu.
Manajerial skill juga apalagi. Mengatur
manusia, terutama dalam jumlah besar, akan sangat rumit. Setiap kepala akan
memiliki pola pikir berbeda. Sulit digeneralisir walau kadang tujuannya sudah
disepakati bersama di awal. Kalau tidak tulus, mungin Gandhi sudah pergi jauh dari
India dan membiarkan jutaan rakyatnya menunggu entah kapan untuk dilantik
menjadi ‘warga negara India’.
Inovasi, adalah buah dari
ketulusan yang menurut saya sangat efektif. Siapa sangka Ts’ai Lun seorang yang
biasa saja di pedalaman China sana berinovasi membuat kertas dari pohon. Dengan
one step a head dari inovasinya, kertas bisa menjadi akselerator peradaban.
China bahkan hampir bisa sejajar dengan Barat saat itu. Bagaimana Marconi
menemukan radio, Wright bersaudara menemukan mesin terbang, Ford menemukan
cikal bakal mobil, mereka berinovasi dan berpartisipasi nyata dalam kemajuan
taraf manusia saat ini.
Yah. Jadi begitulah benang merah
yang terbayang di otak saya. Akan banyak sudut pandang yang bisa dipakai untuk
menilai leadership itu harus yang seperti apa. Tapi bagi saya, leadership yang
tulus adalah yang bisa membuat semuanya bisa dilakukan. Yang bisa membuat kita dapat
berdamai dengan keadaan seburuk apapun itu. Mungkin ada banyak dasar lain
selain tulus yang bisa digunakan, tapi sejauh ini ketulusan lah yang saya rasa menjadi kekuatan para orang-orang hebat itu bisa hebat.
- Tugas Ganesha Leadership Forum
- Tugas Ganesha Leadership Forum
0 comments