Tulus - Teman Hidup

by - October 17, 2015

Karena leadership itu action, bukan position, otomatis leadership jadi universal untuk diterjemahkan, bukan hanya bisa dimengerti para ‘aktivis’ tapi semua orang. Terminologi leadership biasanya tergaung dari lisan-lisan para pencetak kebijakan. Formalnya mereka memang dibekali materi tersebut sebelum pengukuhan. Namun sekarang organisasi olahraga, budaya, semuanya pasti disisipi materi ini (sesuai porsinya) karena memang hal ini menunjang keberjalanan organisasi itu ke depan.

Materi leadership yang saya terima kebanyakan bersumber dari rumah dan beberapa organisasi yang pernah saya ikuti. Latar belakang organisasi yang saya ikuti pun mayoritas homogen. Saya termasuk orang yang kurang suka organisasi super formal dengan banyak atribut dan menuntut untuk jadi tenar. Dari beberapa kaderisasi tersirat maupun tersurat di rumah dan sekolah itu, saya menerjemahkan leadership sebagai bentuk ketulusan kita untuk bermanfaat untuk orang lain.

Dalam memenuhi beberapa nilai minimal dalam ber-leadership, yaitu ketuhanan, integritas, interpersonal skill, managerial skill, dan inovasi semuanya membutuhkan ketulusan. Pertama-tama seseorang harus menentukan tujuan apa, baik untuk pribadi atau orang lain, yang ingin ia capai dengan berkegiatan itu. Setelah yakin, lakukanlah dengan tulus. Karena sebagian besar organisasi (kemahasiswaan) itu bersifat non profit, akan lebih sulit menuntut komitmen seseorang. Apalagi ketika ia sedang jenuh dan merasa tidak mendapat apa-apa, tanpa ketulusan, sulit untuk mempertahankannya tetap bersama di situ.

Ketuhanan, bagi saya cukup jelas ketuhanan menjadi muara ketulusan ini. Biarlah semua usaha kita dihitung oleh-Nya. Akan sangat sulit menggantungkan harapan pada hati-hati manusia. Karena memang mereka diciptakan tidak sempurna. Kalau niatnya ingin dipuji, ketika orang lain tidak memuji maka merosotlah semangat-semangat kita. Kalau niatnya supaya terkenal, ketika nama kita tidak tersiar kita akan gelisah sendiri. Cukup Allah yang tahu kita melakukan apa, sekecil apapun tidak akan terlewat, menenangkan bukan?

Integritas juga membutuhkan ketulusan. Kalau kita melakukan sesuatu yang benar, seperti contohnya datang on time, belum tentu orang lain akan menghargai usaha kita tersebut. Nyatanya mereka tetap tidak akan merasa bersalah, toh mereka juga memiliki alasan yang bisa dibenarkan. Kalau kita tidak tulus, mungkin kita sudah mencak-mencak sambil teriak ‘emang lu doang yang punya urusan? Prioritasin juga dong’. Tapi cobalah tetap menjunjung nilai-nilai integritas itu dengan tulus. Semoga yang lain bisa mengikuti, karena sebaik-baik nasihat adalah teladan.

Interpersonal skill. Berhubungan dengan manusia, akan pelik karena setiap orang berbeda-beda. Bahkan niat menolong pun bisa saja ditangkap sebagai sesuatu yang buruk. Berhadapan dengan laki-laki yang sangat cuek, perempuan yang sedang PMS, semuanya membutuhkan ketulusan dan kesabaran lebih. Tetaplah memperlakukan orang dengan baik dan kalau bisa bantu mereka menyelesaikan masalahnya.  Kadang untuk menyelesaikannya kita hanya perlu mendengarkan keluhannya saja. Sesimple itu.

Manajerial skill juga apalagi. Mengatur manusia, terutama dalam jumlah besar, akan sangat rumit. Setiap kepala akan memiliki pola pikir berbeda. Sulit digeneralisir walau kadang tujuannya sudah disepakati bersama di awal. Kalau tidak tulus, mungin Gandhi sudah pergi jauh dari India dan membiarkan jutaan rakyatnya menunggu entah kapan untuk dilantik menjadi ‘warga negara India’.
Inovasi, adalah buah dari ketulusan yang menurut saya sangat efektif. Siapa sangka Ts’ai Lun seorang yang biasa saja di pedalaman China sana berinovasi membuat kertas dari pohon. Dengan one step a head dari inovasinya, kertas bisa menjadi akselerator peradaban. China bahkan hampir bisa sejajar dengan Barat saat itu. Bagaimana Marconi menemukan radio, Wright bersaudara menemukan mesin terbang, Ford menemukan cikal bakal mobil, mereka berinovasi dan berpartisipasi nyata dalam kemajuan taraf manusia saat ini.


Yah. Jadi begitulah benang merah yang terbayang di otak saya. Akan banyak sudut pandang yang bisa dipakai untuk menilai leadership itu harus yang seperti apa. Tapi bagi saya, leadership yang tulus adalah yang bisa membuat semuanya bisa dilakukan. Yang bisa membuat kita dapat berdamai dengan keadaan seburuk apapun itu. Mungkin ada banyak dasar lain selain tulus yang bisa digunakan, tapi sejauh ini ketulusan lah yang saya rasa menjadi kekuatan para orang-orang hebat itu bisa hebat.

- Tugas Ganesha Leadership Forum

You May Also Like

0 comments